PB-Blog_Di dunia ini ada
dua macam pengusaha. Yang pertama, mereka yang mendapat warisan usaha dari
orang tua. Kedua, mereka yang memulai usaha dari nol.
Pengusaha golongan pertama
lebih beruntung karena tinggal melanjutkan usaha yang telah dirintis orang tua.
Berbeda dengan pengusaha golongan kedua, yang harus merasakan perjuangan
membuka usaha dari bawah.
Untuk mewujudkan impian
menjadi pengusaha sukses, mereka membangun usaha kecil-menengah (UKM) dengan
optimisme dan semangat pantang menyerah. Perjuangan dimulai dengan mencari
modal. Bank yang menyediakan pinjaman untuk merintis usaha pun menjadi salah
satu pihak yang turut berkontribusi terhadap kesuksesan mereka.
Berikut ini kisah pengusaha
UKM yang sukses, yang dapat menjadi inspirasi kita semua:
Bob Sadino
Salah satu kata-kata mutiara dari Alm. Bob Sadino |
Mendiang Bambang Mustari
Sadino alias Bob Sadino yang meninggal pada Senin (19/1/2015) ini dalam usia 81
tahun, adalah salah satu contoh pengusaha sukses yang sebelumnya
pontang-panting ketika merintis bisnis. Sempat menjadi karyawan perusahaan
berstatus badan usaha milik negara selama 9 tahun, Bob memutuskan keluar dari
pekerjaan itu dan menjadi pengusaha.
"Orang Pintar Belajar
Keras Untuk Melamar Pekerjaan, Orang Goblok Itu Berjuang Keras Untuk Bisa Bayar
Pelamar Kerja" ~ Bob Sadino
Bob Sadino lahir di
Lampung, 9 Maret 1939, anak bungsu dari lima bersaudara ini berasal dari
keluarga yang berkecukupan. Tapi bukan faktor tersebut yang menjadikan Om Bob
menjadi pengusaha sukses seperti sekarang. Saat Om Bob berusia 19 tahun orang
tuanya meninggal. Om Bob pun dipercaya untuk mewarisi seluruh warisan kedua
orang tuanya karena saudara-saudara Om Bob yang lain telah mapan secara
ekonomi. Om Bob kemudian memanfaatkan warisan orang tuanya itu untuk
berkeliling dunia.
Salah satu Negara yang dikunjunginya adalah Belanda. Ia pun memutuskan untuk menetap disana dan bekerja di sebuah perusahaan bernama Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Selama 9 tahun Om Bob menetap di Belanda, dan kemudian bertemu dengan seorang wanita Indonesia bernama Soelami Soejoed yang sekarang menjadi istrinya.
Salah satu Negara yang dikunjunginya adalah Belanda. Ia pun memutuskan untuk menetap disana dan bekerja di sebuah perusahaan bernama Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Selama 9 tahun Om Bob menetap di Belanda, dan kemudian bertemu dengan seorang wanita Indonesia bernama Soelami Soejoed yang sekarang menjadi istrinya.
Perjalanan Bob Sadino yang
penuh lika-liku pun dimulai saat Om Bob mulai merasa jenuh dengan kehidupan di
Eropa dan ingin kembali ke Indonesia. Pada tahun 1967, Om Bob memboyong istri
dan kedua anaknya pulang kampung ke Indonesia. Tak lupa Ia juga membawa pulang
dua buah mobil Mercedes keluaran 1960 kesukaannya. Namun karena belum memiliki
tempat tinggal dan harus membiayai keluarganya, Om Bob kemudian menjual salah
satu mobil mercedesnya demi membeli sebidang tanah di kawasan kemang.
~Biografi Singkat Bob Sadino
- Nama : Bob Sadino
- Lahir : Tanjungkarang, Lampung, 9Maret 1933
- Pendidikan :
- SD, Yogyakarta (1947)
- SMP, Jakarta (1950)
- SMA, Jakarta (1953)
- Karir :
- Karyawan Unilever (1954-1955)
- Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
- Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
- Dirut PT BogaCatur Rata
- PT Kem Foods (pabriksosisdan ham)
- PT Kem Farms (kebunsayur)
Di Indonesia, Bob Sadino
bekerja di PT. UNILEVER Indonesia. Suatu hari Om Bob memutuskan untuk keluar
dari perusahaan tempat ia bekerja, karena pola pikirnya yang ingin maju dan
sukses secara mandiri. OmBob tidak ingin kerja terikat dan terus menerus di
perintah oleh atasan. Sangistri pun turut mendukung keputusan Om Bob. Tekad Om
Bob sudah bulat, Ia kemudian membuka usaha penyewaan mobil Mercedes milik
satu-satunya itu, dan memberanikan diri untuk menjadi sopir.
Namun sayangnya usaha Bob
Sadino yang pertama ini tak berjalan lancar, mobil mercedesnya mengalami
kerusakan akibat kecelakaan. Om Bob tentu saja tak dapat membiayai
kerusakannya. Jatuh bangun kehidupannya tak membuat semangatnya surut, Om Bob
kemudian mencoba cara lain untuk menafkahi keluarganya. Ia pun melakoni
pekerjaan sebagai Tukang batu yang hanya di hargai Rp.100,-.
Kondisi ini tentu saja
membuat Bob Sadino sangat depresi dan sedih, kehidupan yang tadinya dirasa aman
dan masih di atas roda telah berbalik 180 derajat saat itu.Namun dari
pengalaman hidupnya yang getir itu tak lantas membuat Bob Sadino patah arang,
semangat juangnya terus membara untuk menyongsong masa depan yang lebih baik
bersama anak istrinya.
Bob Sadino Bangkit
Suatu hari, seorang sahabat
Om Bob menyarankannya untuk beternak dan berbisnis telur ayam negeri. karena
pada waktu itu telur ayam negeri masih jarang di pasaran. Melihat peluang bisnis
yang ada Om Bob akhirnya tertarik dan setuju menggeluti bisnis itu. Bersama
istri yang mendukungnya, Om Bob memulai bisnis itu berjualan telur melalui
pintu ke pintu kepada orang-orang asing yang ada di daerah kemang.
Kebetulan Kemang adalah
pusat pemukiman orang asing di Jakarta. Mereka menjual telur itu beberapa
kilogram perharinya. Berbekal pengalaman hidup di Eropa, Om Bob tidak mengalami
kesulitan dalam berbahasa inggris, ia mengerti seluk beluk budaya kehdupan
masyarakat Eropa. Ada sebuah momen yang mengilhami seorang Bob Sadino di kala
sedang beternak ayam-ayam negerinya. Iaberpikir seekor ayam saja bisa mencari
makannya sendiri dan menyambung hidup, apalagi seorang manusia seperti dirinya
yang memiliki akal budi. Lewat Ilham inilah yang kemudian membuatnya menjadi
seorang pengusaha yang gigih berjuang dan pantang menyerah.
Kerja keras telah terbukti
dan Lambat laun, bisnis yang digeluti Om Bob pun semakin meningkat dan tanpa
disadarinya, Om Bob telah menjadi pelopor ayam negeri beserta telurnya di
Indonesia. Terkadang ada beberapa pelanggan asing yang mengeluhkan pelayanan
yang belum maksimal dari Om Bob. Hal ini kemudian membuat Bob semakin banyak
belajar dari pengalaman bisnisnya bahwa pelayanan yang maksimal adalah kunci
utama keberhasilan seorang pengusaha.
Selain menekuni bisnis
telur, Bob Sadino juga melirik bisnis daging ayam, yang menjadi cikal bakal
berdirinya Kemchick dan Kemfood yang masih didominasi oleh orang asing dan
orang Indonesia yang tinggal di Kemang. Selain itu, bisnis hortikultural
sayur-sayuran yang menerapkan sistem hidroponik milik Bob Sadino juga berjalan
sukses. Bob Sadino merupakan sosok yang sederhana dalam kesehariannya maupun
dalam bisnisnya, ia lebih mengedepankan tindakan dalam mengubah nasib dari pada
hanya teori-teori sukses yang selama ini diajarkan.
Bob Sadino pernah
membandingkan antara orang pintar dan orang goblok. Menurutnya, orang pintar
zaman sekarang terlalu banyak berpikir dan berencana mengenai hidup dan bisnisnya.
Alhasil, tak satupun dari rencana-rencana itu yang terwujud karena mereka
terlalu banyak pertimbangan dan hitung-hitungan. Berbeda dengan orang goblok
yang dalam melakukan suatu bisnis tanpa banyak perhitungan dan pertimbangan
langsung melakukan tindakan nyata, karena baginya hidup butuh makan hari ini.
Ini dia beberapa bisnis yang di jalani Bob Sadino
Kem Chicks
Kem Chicks didirikan oleh Bob Sadino
tahun 1970. Konsep Kem Chicks adalah seperti supermarket yang menyediakan
beragam produk pangan impor untuk masyarakat Jakarta. Pangsa pasar Kem Chicks
adalah para ekspatriat dan kelas menengah atas.
Kem Chicks merupakan supermarket yang dikembangkan Bob Sadino berada di kawasan Kemang |
Kem Chicks berlokasi di Jl. Kemang
Raya No. 3-5, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550.
Kem Chicks merupakan supermarket yang
dikembangkan Bob Sadino berada di kawasan Kemang. Kem Chicks yang berdiri sejak
1970-an ini menyediakan produk-produk pangan dari hasil pertanian, peternakan,
hingga perikanan dengan konsep penyajian yang higienis. Ia tidak segan memasang
harga produknya lebih tinggi dari harga pasaran, karena dinilainya sesuai
dengan kualitas produk yang disediakan. Contohnya untuk produk perikanan ada
ikan telur yang harganya sekitar Rp 30 ribu ke atas per bungkus (isi 8 ekor).
Lalu udang windu ia jual dengan harga di
atas Rp 200 ribu per kg.
Meski harga produk-produknya tergolong
tinggi, namun tetap ada konsumen yang
membelinya. “Target konsumen kami
kalangan ekonomi kelas A+ (atas) yang kebanyakan orang dari berbagai negara
yang tinggal di daerah Kemang,” katanya. Mereka, lanjutnya, sudah terbiasa
dengan produk harga tinggi tentunya juga sepadan dengan kualitasnya.
Kem Food
Kem Food atau Kemang Food Industries
merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan daging.
Modal awal perusahaan ini berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
dengan pemegang saham tunggal PT Boga catur Rata.
Saat permintaan akan daging dan sosis
semakin meningkat, maka tahun 1975 Bob Sadino akhirnya mendirikan PT. Kemang
Food Industies. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Pulo Kambing No.11 Jakarta
Industrial Estate Pulogadung Jakarta Timur.
PT. Kemang Food Industries (PT Kemfood) merupakan pelopor industry daging
olahan di Indonesia. Perusahaaan yang dirintis oleh Bapak Bambang Mustari
Sadino (Bob Sadino) di awal tahun 1970 merupakan salah satu perusaahaan daging olahan
pertama di Indonesia. Seiring dengan perkembangannya, pada tahun 1978, Bob
Sadino mendirikan pabrik dengan teknologi yang modern didirikan di Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta.
Saat ini PT Kemfood memproduksi berbagai jenis daging olahan seperti Sosis,
Burger, Baso, dan Delicatessen. Disamping produk daging olahan tersebut, PT
Kemfood juga memproduksi speciality produk seperti Kebab, Dried Beef,
Mayonnaise, dan Thousand Island. Guna menjaga kwalitas dan mutu yang baik semua
produk yang dihasilkan PT. Kemfood diproduksi dengan standard produksi yang
tinggi dengan mengaplikasikan standard produksi sesuai dengan standar halal
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan bersertifikasi BPOM
Visi
Menjadi perusahaan daging olahan terkemuka di Indonesia.
Mission
- Memberikan produk yang sehat dan
berkualitas kepada pelanggan kami.
- Selalu berinovasi dalam mengembangkan produk dan kualitas produk melalui
divisi Riset dan Pengembangan.
Kem Farm
Kem Farm adalah ladang sayur yang
didirikan Bob Sadino dengan sistem hidroponik. Padahal, saat itu belum ada
satupun perkebunan yang menggunakan sistem tersebut. Alhasil, Bob Sadino lah
orang Indonesia pertama yang menggunakan sistem hidroponik ini.
Kem Farm terletak di Jalan Jend Gatot
Subroto Kawasan Industri Candi Bl VIII/16-A, Semarang.
Bob Sadino
mendirikan perusahaan ekspor sayur dan buah-buahan bernama PT Kem Farm
Indonesia. Perusahaan ini dirintis pada 1980. Berbeda dari dua perusahaan
sebelumnya, Kem Farm dibangun di luar Jakarta. Bob Sadino membangun perusahaan
ini di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Semarang, Jawa Tengah.
Bisa dikatakan,
lagi-lagi Bob Sadino membuat terobosan. Kem Farm ini merupakan “ladang” sayur
dengan sistem hidroponik pertama di Indonesia. Lobak, ubi, dan terong merupakan
produk andalan Kem Farm.
The Mansion at
Kemang
The Mansion at Kemang adalah perpaduan
antara apartemen, pusat perbelanjaan dan juga perkantoran yang merupakan
kerjasama antara Bob Sadino dan pengembang Properti Agung Sedayu Grup.
Mansion at Kemang yang berlokasi sama
dengan Kem Chicks ini memiliki 32 lantai dengan total ruang apartemen sebanyak
180 unit dan pertokoan 10 unit.
Untuk mewujudkan ambisinya, Bob Sabino
menggandeng pengembang properti Grup Agung Sedayu (GAS). Menurut Bob, pemilihan
GAS sebagai mitra tidak butuh waktu lama. “Langsung klik begitu saja. Kayak
sudah jodoh,katanya. Sayangnya, ia tak mau menyebutkan nilai investasi yang
dibenamkan untuk mengubah total kawasan Kem Chicks Kemang tersebut. Yang jelas,
Kem Chicks tidak akan dirobohkan sama sekali. Malah, Kem Chicks akan seperti
penyewa utama di dalam kawasan apartemen itu. “Kem Chicksnya 100% tetap punya
saya,ujarnya menandaskan.
Adapun apartemennya merupakan kerja
bareng kedua pihak. Hanya saja, Bob tidak mau menyebutkan persentase sistem
kerja samanya itu. Yang pasti, lahan proyek apartemen itu milik Bob. “Tanahnya,
100% masih milik Grup Kems, alias perusahaan saya. Tapi, saya pun berinvestasi
dalam bentuk uang untuk membangun apartemen tersebut,katanya. Kendati tak
terungkap angka nominalnya, sempat terucap bahwa saham Bob dalam apartemen
tersebut adalah mayoritas. Pokoknya, Bob menegaskan, “Saya percayakan
pembangunan fisik dan pemasarannya kepada Agung Sedayu.
Ketika ditanya sejak kapan tertarik
dengan bisnis properti, khususnya apartemen, Bob menuturkan, segalanya tidak
direncanakan dengan sengaja. “Semuanya mengalir begitu saja. Dan bisa
dikatakan, apartemen saya ini apartemen pertama yang sekelas hotel berbintang
di Jalan Kemang Raya,ujarnya bangga. Selain itu, dia menambahkan, nama
apartemen ini bisa berubah. “Tergantung nanti,ucapnya enteng.
Kendati apartemen dengan 180 unit
kamar tersebut bakal rampung pada 2010, upaya pemasaran dan promosi sudah
gencar dilakukan, termasuk promosi lewat salah satu stasiun televisi swasta
yang memaparkan serangkaian episode tentang the New Concept of Kem Chicks.
Bahkan Bob mengklaim, proyeknya itu telah banyak yang memesan, termasuk dari
luar Jakarta seperti Aceh, Bali dan Lampung dengan berbagai skema: bayar tunai,
bertahap ataupun kredit. Ia pun mengaku terheran-heran karena meski belum
melihat contohnya, para pembeli tersebut percaya pada proyek ini karena nama besar
Kem Chicks dan Bob Sadinonya.
Padahal, harga per unitnya tak bisa
dianggap murah. Seperti dijelaskan Fifi Lesmana, Manajer Pemasaran TMK, harga
jual satu unit apartemen berukuran 90-an m2 dengan satu kamar tidur Rp 1,7
miliaran. Ukuran 150-170 m2 dengan dua kamar tidur sekitar Rp 3 miliar. Dan,
ukuran 272-an m2 dengan tiga kamar tidur Rp 4 miliaran. “Jika pembeli
menjadikan unit ini sebagai investasi, Agung Sedayu menyediakan fasilitas
rental guarantee yang yield-nya cukup lumayan dan membantu mencarikan para
penyewanya,kata Fifi berpromosi.
Kehadiran Kem Chicks di apartemen ini
memungkinkan penghuninya mendapatkan layanan house keeping dan gourmet room
service dari dapur perusahaan makanan siap saji itu. Bob mengibaratkan, “The
Mansion at Kemang adalah the new concept of Kem Chicks, your personal kitchen.
Kitchen di sini artinya layanan makanan siap saji sesuai dengan maunya
penghuni, yang akan diberikan oleh tim gourmet dari Kem Chicks,ujarnya.
Setidaknya konsep ini pun sudah diterapkan Bob di Kem Chicks Pacific Place ‚¬â€œ
mal baru dekat Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Di sana pun ada service
apartment yang dikelola oleh the Ritz Carlton. “Menguntungkan juga kalau
pembeli pasar swalayan itu berasal dari penghuni apartemen yang ada di atasnya,Bob
menceritakan.
Kawasan residensial di Kemang ini
bakal menjadi hunian dan tempat nostalgia bagi kalangan oldies yang masih
senang berkumpul sambil mengenang masa lalu. Jam buka pun, khususnya shopping
arcade, bisa di atas pukul 10 malam. Bob menyebut apartemennya ini sebagai
place for the old boys alias orang-orang tua (di atas 50 tahun) yang masih
berjiwa muda dan mapan. Namun, tidak menutup kemungkinan, unit apartemennya ini
dibeli oleh kalangan muda usia yang mapan. “Tempat ini akan menjadi kawasan
entertainment dan hunian yang cocok untuk kalangan yang ingin mengenang masa
1950-an atau 1960-an,tutur Bob.
Dari Berbagai Sumber